Read more : http://www.wakrizki.net/2011/03/membuat-effek-zoom-gambar-di-blog.html#ixzz1PJMAYpiS

Membuat soal dari power point

sebelumnya kalian sudah harus membuat soal dan jawaban terlebih dahulu yach. bisa kan bikin soalnya.
setelah itu, mari kita membuat code macro nya.
caranya klik tools >macro >macros.. >pada macro name tuliskan "right" tnpa tanda petik, trus enter.
setelah itu akan keluar visual basic editor. blok semua code yang ada dan ganti dengan code di bawah ini !


Public NumberCorrect As Integer
'Public variables retain their value so they can be added to each time a macro is run.


Sub Initialise()
'Sets the score to zero so it's not added to the previous user's total, and goes to the first question.
NumberCorrect = 0
ActivePresentation.SlideShowWindow.View.Next
End Sub
Sub Correct()
'Adds one to the total correct and moves to the next slide
NumberCorrect = NumberCorrect + 1
ActivePresentation.SlideShowWindow.View.Next
End Sub
Sub Display()
'Shows the result in a pop-up message box with some explanatory text
MsgBox ("selamat, kamu "& " mendapatkan skor "& NumberCorrect)
End Sub


setelah itu, anda tutup visual basic editornya dan kembali ke soal yang telah dibuat.
arahkan ke slide yg pertama atau paling atas dan isi slide itu dengan action button costum dan add text di action button dengan
tulisan " masuk ke quiz " tambahkan action seting pada action button tadi Run macro > initialise.
lalu pada setiap jawaban yang benar beri action seting > run macro > correct.
setelah semua jawaban benar telah diberi aksi run macro > correct,
anda pergi ke slide terakhir dan isi slide itu dengan tulisan " lihat skor " atau dgn tulisan apa aja dan
beri action setting > run macro > display.

jalankan presentasi anda sampai selesai dan..... jrennggg!!! akan keluar kotak mirip kaya java scrip gitu,
dan bertuliskan selamat anda mandapatkan skor X, X adalah jumlah jawaban yang benar (jumlah number correct).
sebenarnya pada code macro diatas masih bisa diedit lagi yang Numbercorrect + 1 dengan + berapa aja, terserah anda.
oh iya ada tips menyimpan file di powerpoint supaya kalau kita mau menjalankan presentasi kita, kita tidak usah membuka powerpoint dulu, tapi hanya tinggal
mengklik file powerpoint kamu dan presentasi langsung jalan (langsung slide show). Caranya adalah : ketika kamu mau meng save file kamu dengan
megklik save as, pada pilihan save as type kamu plih .pps . jadi nanti name file powerpoint kamu menjadi NAMAFILE.pps


Lanjut membaca“Membuat soal dari power point”  »»

Subnetting

Subnet mask

Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
• Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
• Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Representasi Subnet Mask



Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
• Notasi Desimal Bertitik
• Notasi Panjang Prefiks Jaringan
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
,


Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal)
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/


Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask (desimal) Prefix Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------ AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Tabel Pembuatan subnet
Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet
(segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.128.0.0 atau /9 8388606
3-4 2 255.192.0.0 atau /10 4194302
5-8 3 255.224.0.0 atau /11 2097150
9-16 4 255.240.0.0 atau /12 1048574
17-32 5 255.248.0.0 atau /13 524286
33-64 6 255.252.0.0 atau /14 262142
65-128 7 255.254.0.0 atau /15 131070
129-256 8 255.255.0.0 atau /16 65534
257-512 9 255.255.128.0 atau /17 32766
513-1024 10 255.255.192.0 atau /18 16382
1025-2048 11 255.255.224.0 atau /19 8190
2049-4096 12 255.255.240.0 atau /20 4094
4097-8192 13 255.255.248.0 atau /21 2046
8193-16384 14 255.255.252.0 atau /22 1022
16385-32768 15 255.255.254.0 atau /23 510
32769-65536 16 255.255.255.0 atau /24 254
65537-131072 17 255.255.255.128 atau /25 126
131073-262144 18 255.255.255.192 atau /26 62
262145-524288 19 255.255.255.224 atau /27 30
524289-1048576 20 255.255.255.240 atau /28 14
1048577-2097152 21 255.255.255.248 atau /29 6
2097153-4194304 22 255.255.255.252 atau /30 2

Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/
segmen jaringan Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.255.128.0 atau /17 32766
3-4 2 255.255.192.0 atau /18 16382
5-8 3 255.255.224.0 atau /19 8190
9-16 4 255.255.240.0 atau /20 4094
17-32 5 255.255.248.0 atau /21 2046
33-64 6 255.255.252.0 atau /22 1022
65-128 7 255.255.254.0 atau /23 510
129-256 8 255.255.255.0 atau /24 254
257-512 9 255.255.255.128 atau /25 126
513-1024 10 255.255.255.192 atau /26 62
1025-2048 11 255.255.255.224 atau /27 30
2049-4096 12 255.255.255.240 atau /28 14
4097-8192 13 255.255.255.248 atau /29 6
8193-16384 14 255.255.255.252 atau /30 2

Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
Jumlah subnet
(segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks) Jumlah host tiap subnet
1-2 1 255.255.255.128 atau /25 126
3-4 2 255.255.255.192 atau /26 62
5-8 3 255.255.255.224 atau /27 30
9-16 4 255.255.255.240 atau /28 14
17-32 5 255.255.255.248 atau /29 6
33-64 6 255.255.255.252 atau /30 2


Variable-length Subnetting
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.



Lanjut membaca“Subnetting”  »»

IPTABLES pada Linux

Sering kita dengar kata security dan kita mengartikan kata tersebut sebagai keamanan. Kita sering mendengar atau membaca kata tersebut di tempat umum seperti gedung perkantoran, hotel, mall, bahkan hingga rumah pribadi.

Network security atau keamanan jaringan bisa diartikan seperti sistem keamanan yang menjaga sebuah jaringan dari ancaman-ancaman terhadap jaringan tersebut. Ancaman-ancaman tersebut bisa berupa hacking, yang hanya melihat sistem keamanan atau cracking, yang tidak hanya melihat, tapi juga mencuri atau merusak data.

Sama seperti satpam atau hansip atau sejenisnya, network security juga mendapat tugas untuk menjaga sistem komputer. Dia bertugas di pintu masuk dan menjaga data apa saja yang keluar dan masuk. Walaupun tugasnya sama, tapi namanya berbeda. Pada windows, biasanya bernama firewall atau pada linux, ada yang namanya iptables. Di sini saya akan membahas sedikit tentang sistem keamanan tersebut.

Dalam linux, terdapat iptables yang bisa berguna untuk menyaring akses dari suatu komputer ke komputer lain atau ke jaringan internet. Iptables merupakan sistem keamanan yang murah (karena berjalan di linux dan biasanya linux merupakan open source) dan memiliki sistem keamanan yang baik. Iptables dikontrol sepenuhnya oleh admin dengan cara mengatur paket IP yang lewat.

Dalam iptables, dapat dilakukan beberapa perintah terhadap paket-paket data yang masuk dan keluar, yaitu ACCEPT, DROP. Dan REJECT. Jika suatu paket data diberikan perintah accept, maka paket data tersebut diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanannya. Perintah drop dan reject memiliki perilaku yang sama, yaitu menolak paket data yang masuk atau keluar. Perbedaannya yaitu jika perintah drop, si pengirim tidak akan diberi tahu jika paket tersebut gagal, sedangkan jika perintah reject, maka si pengirim akan diberi tahu bahwa paket yang dikirm gagal.

Sebagai contoh penggunaan iptables, untuk menjaga keamanan pengguna, iptables dapat digunakan untuk memblokir situs-situs tertentu yang tidak boleh diakses. Dalam penggunaannya yang lebih jauh, iptables dapat memblokir ip address tertentu. Misalnya, ada hacker atau cracker yang menembus sistem keamanan kita, agar ip tersebut tidak kembali lagi, bisa dilakukan pemblokiran terhadap ip tersebut melalui iptables.

Sebagai referensi, mungkin bisa dilihat di sini atau di sini.

Tulisan ini saya buat setelah saya membaca beberapa artikel.




Lanjut membaca“IPTABLES pada Linux”  »»

Instalasi Red Hat Linux


Pada dasarnya, tidak ada perbedaan yang mendasar antara instalasi RedHat 6.0 dan 6.1 yang pernah saya lakukan. Secara kebetulan, komputer yang saya instal Linux ini tidak dapat melakukan booting dari CDROM, dan script yang ada pada CD RedHat saya juga tidak berfungsi. Akhirnya, saya booting dari DOS dengan menjalankan LOADLIN.EXE VMLINUZ INITRD=INITRD.IMG.

Saya berhasil melakukan instalasi RedHat 6.0 dan 6.1 secara berurutan pada komputer yang sama. Spesifikasi komputer: AMDK5 (setara Pentium) 100, 16 MB RAM dan 1,7 GB ruang Hard Disk yang kosong, VGA Card SiS 6215 (dikenali Linux sebagai SiS 6205), Network Card Compex NE2000, Sound Card ESS, dan Modem Eksternal US Robotics 28.8.
A. Persiapan
1. Kebutuhan Hardware (System Requirements)

* Prosesor x386 atau di atasnya (Disarankan minimal Pentium 100 untuk X-Window),
* RAM: minimum 4 MB (Disarankan minimal 16 MB untuk X-Window)
* Hard disk space: minimum 50 MB (Disarankan minimal 250 MB untuk X-Window)
* Mouse, Videocard
* Network card, modem (untuk jaringan)

2. Informasi tentang Hardware dan Jaringan

* Hard disk dan CDROM Jenis: IDE (EIDE) atau SCSI
* MousePort: serial atau ps/2,
* Manufacturer: Microsoft (compatible), Genius, dll.
* Videocard
* Merek/model: S3Trio, Matrox, SiS6202, dll.,
* Memory: 1 MB, 2 MB, dll.
* Monitor
* Merek: Sony, Phillips, dll. atau tak dikenal (SPC, TVM, dll.)
* Maksimum scan rate: 56 Hz, 60 Hz, 76 Hz, dll.
* Modem
* Merek: Motorolla, US Robotics
* External atau Internal (bukan Win-Modem)
* Port: terpasang pada serial 1 (0) atau 2 (1)
* Netwok Interface Card (NIC): merek dan tipenya.
* Host Name atau nama komputer: PC01, dsb.
* Domain Name atau nama jaringan: misal latihan.net.
* IP Address: misal 10.2.1.1
* Network Address: misal 10.2.1.0
* Netmask Address: 255.255.255.0
* Broadcast Address: 10.2.1.255
* Gateway/Router: misal 10.2.1.1 (komputer ini sebagai gateway ke Internet bagi komputer lain dalam jaringan lokal).
* DNS Address (name server) : primer 202.134.0.155, sekunder: 202.134.2.5 (DNS server milik telkomnet).

B. Partisi Hard Disk
1. Hard Disk Kosong/Baru

Dengan DOS, buat minimal 2 partisi untuk DOS/Windows dan Linux.

Install DOS/Windows lebih dahulu (kecuali sudah tidak ingin menggunakan DOS) agar tidak kehilangan LILO (Linux Loader atau sistem untuk memilih booting) yang dibuat dengan Linux.

Siap untuk install Linux. (Partisi Linux menjadi minimal 2 (root dan swap) akan dilakukan pada waktu install Linux.)

2. Hard Disk Sudah Terisi DOS/Windows

* Back-up (selamatkan) data yang penting ke tempat lain (Hard disk, disket, server di Intranet/Internet).
* Defragmentasi Hard disk dengan DOS/Windows untuk mengumpulkan data pada satu sisi Hard disk. Bila memungkinkan, install ulang DOS/Windows dengan partisi baru (tidak perlu defragmentasi dan FIPS).
* Jalankan FIPS (program untuk mempartisi Hard Disk tanpa menghapus data yang ada) dan dengan penuh hati-hati ikuti perintah FIPS untuk mengatur ukuran partisi yang diinginkan. Bila sisa hard disk terlalu kecil untuk install Linux, selamatkan data untuk mempartisi dan install ulang DOS/Windows tanpa FIPS, atau gunakan sisa yang ada untuk data DOS/Windows dan beli hard disk baru…J
* Siap install Linux.

C. Metode Instalasi
1. Instalasi melalui PCMCIA (PC Card)

* PCMCIA untuk CDROM, network card atau modem.
* Bootdisk (bootnet.img) dan Support disk (pcmcia.img) untuk booting.
* Spesifikasi: PCMCIA controller dan PCMCIA device.

2. Instalasi dari CDROM

a. Ada 3 cara:

* booting dari CD-ROM
* melalui DOS (LOADLIN) dengan driver CDROM, kemudian langsung jalankan LOADLIN dari CDROM (autoboot.bat) atau copy file LOADLIN, VMLINUZ dan INITRD.IMG ke disket atau hard disk.
* dengan boot-disk (boot.img).

b. Jenis/merek CDROM dan kecepatan/kemampuan CDROM-Drive mempengaruhi metode dan keberhasilan instalasi.

3. Instalasi dari NFS

a. Tersedia sambungan ke NFS Server yang menyediakan RedHat Linux.
b. Network Bootdisk (bootnet.img) untuk intalasi melalui network.
c. NFS Server ada di Internet atau Intranet.

4. Instalasi dari FTP

a. Tersedia sambungan ke FTP Server yang menyediakan RedHat Linux.
b. Network Bootdisk (bootnet.img) untuk intalasi melalui network.
c. FTP Server ada di Internet atau Intranet.

5. Instalasi dari Web (HTTP)

a. Tersedia sambungan ke Web Server yang menyediakan RedHat Linux.
b. Network Bootdisk (bootnet.img) untuk intalasi melalui network.
c. Web Server ada di Internet atau Intranet.

6. Instalasi dari SMB

a. Tersedia sambungan ke komputer di jaringan Samba (Windows atau Linux) yang memberikan share direktory (HD atau CD) berisi RedHat Linux.
b. Tidak tersedia untuk RedHat 6.0 ke atas.

7. Instalasi dari Hard Disk

a. Buat direktori RedHat pada hardisk (format dengan sistem Windows9x/NT atau Linux).
b. Copy direktori base dan semua isinya.
c. Copy direktori RPMS dan isinya (sesuai paket yang akan diinstall).

D. Bagian Awal Instalasi (Urutan belum tentu sama)
1. Booting

a. Edit BIOS setup
b. Cara-1, bila sudah mendukung boot dari CDROM, pilih CDROM lebih dahulu.
c. Cara-2, alternatif pertama, boot dengan DOS kemudian jalankan LOADLIN dari CDROM (biasanya bisa dengan script yang ada di direktori \dosutils, yaitu autoboot.bat)
d. Cara-2, alternatif kedua, bila DOS tidak mengenali CDROM, copy file-file yang berkaitan dengan LOADLIN (lihat isi autoboot.bat) ke hard disk atau disket, yaitu:

# LOADLIN.EXE
# VMLINUZ
# INITRD.IMG

e. Cara-3, buat bootdisk dengan program RAWRITE.EXE yang ada di CDROM (\dosutils) untuk menuliskan program boot (misal boot.img) ke disket.

2. Garphical User Interface (GUI) untuk Instalasi

a. Dengan boot dari CDROM atau bootdisk (RAWRITE dari boot.img) atau autoboot.bat, GUI RedHat 6.1 berbeda dengan 6.0. Namun, dengan file initrd.img yang ada di direktori CD:\dosutils\autoboot\, GUI RedHat 6.1 sama dengan 6.0, hanya tahapan dan pilihan yang sedikit berbeda.
b. Text Input: untuk memasukkan informasi yang diinginkan.
c. Check Box: Untuk memilih (ya atau tidak) dengan menekan [Space].
d. Text Widget: Tulisan yang dihasilkan oleh suatu proses.
e. Scroll Bar: Untuk mengatur posisi tampilan isi Window.
f. Button Widget: Pilihan dalam bentuk tombol untuk dipilih dengan [Tab] dan [Enter] atau Klik Mouse.

3. Memilih Bahasa dan Jenis Keyboard

a. Bahasa English atau Indonesian.
b. Keyboard: US

4. Memilih Metode Intalasi

a. Klik pilihan CD-ROM
b. Bila CD-ROM tidak dikenali, cek dan pelajari jenis CDROM drive.

5. Install atau Upgrade

a. Pilih Install bila akan menginstall pada partisi kosong.
b. Upgrade hanya berlaku untuk RedHat 2.0 atau di atasnya (dengan RPM).

6. Memilih Tipe/Kelas Instalasi (BAHAYA!)

a. Pilih Custom (harus!!) bila di dalam hard disk sudah ada data atau partisi yang tidak ingin dihapus.
b. Server "akan menghapus semua partisi (DOS, Windows, Linux, dll.) yang ada". Jadi, boleh dipilih bila hardisk kosong (baru) dan akan untuk Server.
c. Workstation "akan menghapus semua partisi Linux" dan tanpa menginstall aplikasi untuk server.

7. Ada SCSI driver di dalam komputer?

a. Pilih No bila tidak ada SCSI.
b. Bila pilih Yes, berikutnya pilih jenis SCSI yang sesuai.

8. Membuat Partisi Linux

a. Ada 2 pilihan, Disk Druid dan fdisk.
b. Disk Druid adalah utilitas manajemen harddisk dari RedHat, dengan tampilan grafis.

# Mount Point: partisi (nama direktori) yang akan di-mount saat sistem beroperasi.
# Device: nama device dari partisi yang di-mount.
# Requested: ukuran minimum partisi yang di-request.
# Actual: ukuran space yang dialokasikan pada partisi tersebut.
# Type: jenis partisi atau sistem file (Linux native atau ext2, Linux swap, msdos, dll.)

# Add untuk membuat partisi baru: Growable artinya suatu partisi dapat dibuat tidak tetap (dengan ukuran minimum tertentu) dan akan bertambah atau berkurang mengikuti partisi yang lain.

c. Fdisk adalah program partisi standar untuk Linux (dan sistem operasi yang lain), dengan tampilan teks.

# Beberapa perintah yang penting, m untuk help, p untuk menampilkan informasi tentang partisi, n untuk membuat baru, d untuk menghapus, t untuk mengubah tipe (82 adalah tipe Swap), dan w untuk menyimpan.

9. Inisialisasi (format) Swap

a. Sistem akan mengenali kalau sudah ada partisi Swap (bila belum, kembali ke fdisk atai disk druid).
b. Pilih partisi yang akan dijadikan swap.
c. Check for bad block … untuk menandai bila ada space hard disk yang rusak. (Dapat dikosongkan bila ingin cepat, dan akan dilakukan pada lain waktu).

10. Format Partisi untuk Sistem Linux (/ atau dipisah menjadi /boot, /usr, dll.)

a. Sistem akan mengenali semua partisi selain Swap (bila belum, kembali ke fdisk atai disk druid).
b. Pilih partisi yang akan diformat (HATI-HATI dengan partisi yang sudah ada datanya!)

11. Memilih Paket (Components to Install)

a. Dari daftar komponen, ada yang sudah ditandai dengan bintang (dipilih), ada yang belum.
b. Pilih komponen yang akan diinstal, atau install semaunya (Everything).
c. Select individual packages untuk memilih (mengurangi atau menambahkan) dari setiap komponen.
d. Beberapa penjelasan:

[o] -- shows that at least one of the packages in that component group has been selected.
[*] -- shows that all the packages of a component group has been selected.
[--] -- removes all packages in a component group.
[*] -- selects all packages in a component group.

e. Pada pojok kanan atas terdapat angka yang menunujukkan perkiraan ukuran paket yang akan diinstal.

12. Keterkaitan Paket (Unresolved Dependencies).

a. Setelah paket dipilih, bisa terjadi ada paket yang membutuhkan (ada keterkaitan) paket lain yang tidak dipilih. Tandai Check Box [*] Install packages … bila tetap ingin menginstall paket yang telah dipilih.
b. Bila instal keterkaitan ini akan membuat hard disk penuh, ulangi pemilihan komponen dengan perintah Back.
c. Bila kita sudah yakin dengan semua komponen paket yang akan diinstall dan tidak ada kekurangan space hard disk, tekan OK akan membuat proses instalasi berjalan secara otomatis (dan ini memerlukan waktu beberapa menit, tergantung kecepatan CD drive, komputer dan CD-ROM Linux yang digunakan).

E. Bagian Akhir Instalasi (Urutan belum tentu sama)
1. Konfigurasi Mouse

a. Program instalasi telah memilih mouse, namun belum tentu hasilnya sesuai.
b. Pilih jenis mouse yang sesuai, misalnya Generic Mouse, Generic 3 Button (Serial atau PS/2).
c. [*] Emulate 3 Button untuk mouse 2 button yang akan diemulasi menjadi 3 button, yaitu 2 button ditekan bersamaan.

2. Konfigurasi Jaringan

a. Kita harus memilih apakah akan mengkonfigurasi jaringan secara manual atau AUOTPROBE (program instalasi akan mencoba mengenali jenis card jaringan yang terpasang).
b. Setelah berhasil mengenali NIC, pilih metode untuk konfigurasi jaringan.

# Static IP address – Diisi dengan informasi yang telah diperoleh pada bagian A.
# BOOTP – Perlu BOOTP server yang memberikan IP otomatis saat boot lewat NIC.
# DHCP -- Perlu DHCP server yang memberikan IP secara otomatis setelah connect.

c. Contoh Configure TCP/IP (Static IP Address):

# IP Address : 10.2.1.1
# Netmask : 255.255.255.0
# Default Gateway : 10.2.1.1
# Primary nameserver : 202.134.0.155 (akan digunakan untuk dial-up ke Telkomnet)

d. Contoh Configure Netwok (Domain dan Host name):

# Domain name : latihan.net
# Host name : pcsaya.latihan.net
# Secondary nameserver : 202.134.2.5
# Tertiary nameserver : (kosongkan bila tidak ada).

3. Konfigurasi Waktu (Time Zone)

a. Pilihan GMT berarti waktu komputer (CMOS) disesuaikan dengan waktu GMT.
b. Waktu lokal: misalnya Asia à Jakarta.

4. Memilih Program (Services) yang Dijalankan saat Boot

Bila intalasi dengan pilihan kelas Server atau Workstation, services yang dijalankan pada saat booting sudah otomatis dipilih.

Untuk mengindari kerja komputer yang lambat, matikan services yang tidak penting, seperti named (bila sudah ada nameserver di komputer lain atau di ISP), kecuali untuk belajar.

Tekan F1 untuk mengetahui fungsi setiap service.

Untuk mengubah di lain waktu, dapat melalui utilitas setup atau dengan menjalankan /usr/sbin/ntsysv atau /sbin/chkconfig.

5. Konfigurasi Printer

a. Ada 4 pilihan untuk berhubungan dengan printer (maaf, dengan bahasa asli):

# Local -- The printer is directly connected to your computer.
# Remote lpd -- The printer is connected to your local area network (either through another computer, or directly), and is capable of communicating via lpr/lpd.
# SMB/Windows 95/NT -- The printer is connected to another computer which shares the printer via SMB networking, such as a printer shared by a Windows 95 or Windows NT computer.
# Netware -- The printer is connected to another computer which shares the printer via Novell NetWare.

b. Informasi yang harus disiapkan:

# Jenis printer
# Letak printer, lokal (paralel) atau network (misal ada di komputer Windows95) dengan nama komputer dan nama share.

6. Membuat Password untuk root

a. Password untuk root harus bersifat "unik" dan tidak mudah ditebak, karena akses root terhadap sistem tidak terbatas.
b. Gunakan root hanya untuk keperluan administrasi dan perawatan sistem, tidak untuk bekerja biasa.
c. Bila lupa password, ada peluang untuk membuat password baru dengan booting linux single.

7. Konfigurasi Keamanan (athentication) Password

a. Enable NIS -- menggunakan password file bersama dalam grup komputer pada suatu domain NIS (Network Information Service) atau NIS server.
b. Enable Shadow Passwords – metode yang sangat aman untuk sistem password. File /etc/psswd diganti oleh /etc/shadow yang hanya dapat dibaca oleh root.
c. MD5 Password – menggunakan password panjang hinga 256 karakter.

8. Membuat Boot Diskette (Manfaat dan Tip)

a. Pengganti atau alternatif dari LILO, terutama bila saat boot pertama LILO tidak berjalan.
b. Untuk keadaan darurat, dipakai sebagai resque disk.
c. LILO tidak berjalan karena tertimpa sistem lain.
d. Bootdisk juga dapat dibuat dengan utiliti mkbootdisk.
e. Bootdisk (di samping LILO) harus dibuat ulang setelah mengubah Kernel.

9. Instalasi LILO

a. LILO dapat diletakkan pada 2 alternatif tempat:
Master Boot Record (MBR) pada hardisk untuk booting komputer (misal /dev/hda) atau disktet (/dev/fd0).
First sector of your root partition, yaitu untuk sistem yang sudah ada boot loader yang lain seperti OS/2 Boot Manager. b. OK untuk LILO options.
c. Memasukkan partisi yang dapat di-boot dengan LILO
Boot Label, misal "linux" ada di /dev/hda2 dengan image kernel: vmlinuz-2….
Boot Label, misal "win95" ada di /dev/hda1 d. LILO dapat diedit dengan linuxconf atau mengedit file /etc/lilo.conf

10. Konfigurasi X Window

a. Program instalasi menjalankan Xconfigurator.
- Bila card dikenali, berikutnya lihat f.
b. Pilih jenis Video card bila program tidak mengenali secara otomatis.
c. Bila pilihan tidak ada, pilih Unlisted Card.
d. Tuliskan jumlah memori dalam Video card.
e. Bila Video card tidak memiliki clock chip, pilih No Clockchip Setting
f. Pilih jenis monitor. Bila tidak ada dalam daftar, pilih Custom.
g. Tentukan dengan tepat horizontal sync range dan vertical sync range dari monitor. (Bila terlalu besar dapat menimbulkan kerusakan monitor.)
h. Pilih video modes yang sesuai (misal 800x600 dengan warna 8 bit).

11. Reboot (selesai bila tidak ada masalah dengan LILO dan Booting).
F. Troubleshooting (khusus LILO dan BOOTING)
1. Penyebab LILO dan BOOTING tidak Berhasil

a. Ada masalah dengan hard disk (rusak atau salah setup BIOS).
b. Ada perubahan posisi atau jumlah hardisk terhadap keadaan saat LILO di-instal.
c. Ada perubahan sistem (misal /etc/fstab berubah, atau gagal fsck) sehingga booting gagal dengan pesan sebagai berikut:

# meminta password root atau CONTROL D.
# pemberian password root membuat kita bisa masuk ke sistem, tapi dengan mode READ-ONLY sehingga tidak dapat berfungsi normal.

d. Lupa password root.

2. Mengatasi LILO yang Gagal

a. Gunakan bootdisk yang telah dibuat waktu proses intalasi.
b. Bila bootdisk belum dibuat, boot dengan loadlin.exe dari sistem DOS, dengan meng-copy file vmlinuz dan initrd.img yang ada di CDROM Linux atau harddisk yang terdapat 3 file tersebut.
c. CD SuSE menyediakan fasilitas boot ke sistem yang ada melalui proses instalasi.

3. Mengatasi Booting yang Gagal (setelah melewati LILO) atau Lupa password

a. Pada saat muncul pesan LILO boot:, tuliskan linux single atau linux 1, sehingga akan login tanpa password.
b. Bila tetap tidak bisa booting setelah melewati LILO, jalankan linux single rw atau linux 1 rw, sehingga akan login tanpa password dan tanpa melewati fsck (karena fsck tidak boleh dilakukan terhadap filesystem yang rw (read and write).
c. Perbaiki sistem yang bermasalah:

# Bila MBR (Master Boot Record) harddisk bermasalah, edit lilo.conf dan jalankan lilo untuk menaruh LILO di hardisk atau disket yang baik (bisa untuk booting).
# Bila ada perubahan posisi harddisk, edit file /etc/fstab.
# Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan linuxconf.
# REBOOT.

4. Mengatasi fsck yang gagal

a. Booting normal akan melakukan cek file system (fsck) sebelum sistem tersebut digunakan (di-mount rw).
b. Booting yang berhasil, tapi belum melakukan fsck, sebaiknya segera reboot untuk melakukan fsck, agar terhindar dari kerusakan file lebih lanjut.
c. Bila fsck tetap gagal, lakukan fsck dari sistem Linux yang lain, atau menggunakan maintenance disk.




Lanjut membaca“Instalasi Red Hat Linux”  »»