Konser ini, sekaligus menjadi promosi album keempat mereka yang bertajuk Avenged Sevenfold yang dirilis beberapa saat setelah mereka konser di Jakarta, tahun silam.
M Shadows (vokal), Zacky Vengeance (gitar), Synyster Gates (gitar), The Rev (drum) dan Johny Christ (bas) membawakan lagu-lagu andalan macam Critical Acclaim, Almost Easy, Scream, Afterlife atau Dear God.
Jarang memang kedatangan kedua sebuah band mendapat sambutan yang luar biasa, bahkan lebih mendapat aplaus ketimbang penampilan perdana. Namun itulah yang terjadi pada band yang juga populer dengan nama A7X itu.
Antrean panjang para penonton mulai terjadi sejak siang hari. Tiket yang sold out sejak beberapa pekan sebelum pertunjukan bahkan membuat banyak calo menjual harga yang amat tinggi. Tiket seharga Rp325 ribu, melambung menjadi Rp800 ribu. Bahkan, banyak calo yang mencari id card untuk dibeli mereka.
"Ya sebelum lebaran lalu, tiket sudah nyaris habis. Sudah laku sekitar 80%-90%," ungkap Adrie Subono, promotor Java Musikindo yang mendatangkan grup berlambang tengkorak bersayap itu.
Dibuka dengan penampilan band Jibriel asal Indonesia, penonton memang seolah tak sabar lagi menunggu Shadows dan kawan-kawan naik panggung.
Menggbrak panggung dengan lagu bertempo cepat, Critical Acclaim, A7X langsung disambut histeris para penonton yang didominasi kalangan ABG. Para penonton seraya ikutan bernyanyi bersama dan berlompat-lompat, juga mengacungkan salam tiga jari ala para penggemar musik metal.
Sajian musik metal yang menggebu disajikan dengan kekuatan tata suara lumayan bagus dan tata lampu yang tidak kalah apik, membuat penampilan grup itu menjadi hampir sempurna.
A7X didirikan oleh Zacky Vengeance (gitar) dan M. Shadows (vokal), ketika mereka masih SMA di Orange County. Kemudian mereka mengajak The Reverend Tholomew Plague (drum), dan mereka merilis demo pada 1999 yang juga ditetapkan sebagai tahun lahirnya Avenged Sevenfold.
Pada 2002, grup ini kembali merilis album bertajuk Sounding The Seventh Trumpet yang sebelumnya pernah dirilis pada 2001, dimulai dengan masuknya Synyster Gates (gitar) pada trek pertama pada album itu.
Mereka lalu menjalin kerjasama dengan Hopeless Records, dan merilis Waking the Fallen, dengan mengeluarkan hits Mainstream, Unholy Confessions, dan Warmness On The Soul. Album ini mendapat dukungan tinggi dari Rolling Stones Magazine.
Awalnya mereka berkarya lewat jalur musik independen yang menurut mereka susah-susah gampang. Pasca diasuh major label, mereka mengaku lebih nyaman. Sejak beredar mereka merasakan kalau publik musiknya lebih mengapresiasi.
Berdiri pada 2001, A7X beberapa kali merilis album indie. Baru pada 2004 mereka dilirik Warner Music.
Setahun kemudian album mereka, City of Evil dirilis. Suka duka mereka lalui. Sebagai lima pemuda yang berasal dari satu SMU keeratan mereka tak perlu dipertanyakan lagi. Bagaimana kisah perjuangan mereka bermusik? "Kita nge-band, 4-5 tahun tanpa uang. Saya harus menyetir sendiri tepat setelah manggung. Paginya saya menyetir, saya tertidur beberapa kali. Sampai mobil masuk ke jalur lain. Tapi buat saya itu menyenangkan," kisah Johnny.
Setelah menjadi band berlabel mayor, A7X jarang mengalami kesulitan untuk mengorbitkan musik mereka. Hingga akhirnya bisa ke Indonesia untuk mengadakan konser, dirasa band beraliran musik rock itu sebagai sebuah keberuntungan.
"Saya pilih major label karena semua yang kita perlukan diurus dengan baik. Hidup jadi lebih mudah saja rasanya," tandas Johnny, bassist A7X.
Dirilisnya album City of Evil pada 2005 karena Amerika Serikat tengah jenuh dengan musik hip-hop dan pop yang merajalela. Mereka pun merilis album ketiga itu dengan hits single Bat Country yang merupakan lagu metal/rock pertama yang merajai MTV TRL . Mereka juga mempopulerkan kembali solo gitar dengan duet gitaris Synster Gates dan Zacky Vengeance yang benar-benar memanaskan area moshpit.
Pada 2007, mereka kembali masuk studio untuk merekam lagu terbaru mereka untuk studio album keempat di bawah bendera Warner Bros,
Album ini mempunyai perbedaan yang tidak begitu mencolok dari album sebelumnya (City Of Evil) tetapi terasa bahwa di album ini mereka semakin berkompromi dengan selera pasar, ditandai dengan musik yang lebih easy-listening dan lirik yang lebih nge-pop.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar